Berita Antariksa Terbaru
News Update
Loading...

Featured

[Featured][recentbylabel]

Tahukah Anda

[Tahukah Anda][recentbylabel]

Senin, 17 Juni 2019

Samudera Berair Asin di Enceladus

Samudera Berair Asin di Enceladus

Ada di Bulan Saturnus


Pesawat ruang angkasa yang dimiliki Amerika Serikat dan Eropa telah berhasil mengumpulkan bukti-bukti kuat akan adanya samudera yang luas dan berair asin di bawah permukaan Enceladus, yaitu bulan milik planet Saturnus.

Contoh Sampel dari lontaran es yang menyembur dari permukaan bulan itu telah dikumpulkan oleh sensor Cosmic Dust Analyzer, ketika pesawat ruang angkasa Cassini melintas di sana. Cassini-Huygens adalah misi gabungan antara Italian Space Agency, ESA, dan NASA.

Menurut data penelitian, semburan es tersebut muncul dari rekahan di permukaan yang membeku dalam Enceladus, yaitu di kawasan kutub selatan Enceladus.

Pada saat ini tidak ada cara lain yang dapat memunculkan kemungkinan untuk menghasilkan semburan butir-butir yang kaya akan garam dari es yang padat di sekitar area tersebut. Kecual bersumber dari samudera bergaram yang ada di bawah permukaan Enceladus. Demikian kata para peneliti.

Partikel-partikel yang yang terbawa dalam semburan dan kaya akan garam itu juga diketahui memiliki komposisi yang mengindikasikan bahwa kemunculuannya akibat penguapan air asin dan bukan dari permukaan membeku milik Enceladus itu.

Diyakini bahwa 80 kilometer di bawah permukaan Enceladus, terdapat lapisan air. Sedangkan letak Lapisan air adalah di antara permukaan bulan yang membeku dan inti bulan yang berbatu. lapisan air tidak ikut membeku dikarenakan adanya kekuatan gravitasi dari planet Saturnus serta bulan-bulan lain yang ada di sekitar Enceladus.

Enceladus adalah bulan kecil yang mengandung es dan berlokasi di kawasan luas sistem tata surya di mana air dalam bentuk cair diperkirakan bisa hadir karena jauhnya jarak dari Matahari. Pendapat ini dakatakan oleh Nicolas Altobelli, seorang ilmuwan dari ESA.

Penemuan ini merupakan hal yang sangat penting dan merupakan bukti yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan tertentu bisa memungkinkan adanya kehidupan di planet beku yang mengorbit planet gas raksasa.
Satelit Jepang Menembus Planet Venus

Satelit Jepang Menembus Planet Venus

Satelit Jepang Menembus Planet Venus
Jepang makin menunjukkan tajinya dalam penjelajahan luar angkasa. Tak hanya berhasil mendaratkan roket Hayabusa yang membawa membawa sampel asteroid pertama ke Bumi.

Selasa 7 Desember 2010, satelit Jepang siap memasuki orbit Venus dalam misi dua tahun yang akan menjadi tonggak program luar angkasa negeri sakura itu. Sekaligus, menjawab pertanyaan soal iklim tetangga misterius Bumi itu.

Satelit yang dinamakan 'Akatsuki' yang berarti 'Fajar' akan menjadi satelit pertama Jepang yang mengorbit planet lain. Amerika Serikat dan Eropa telah lebih dulu melakukannya.

Para ilmuwan mengaku mereka sempat kehilangan kontak dengan satelit tanpa awak itu Selasa pagi.

Juru bicara Badan Antariksa Jepang (JAXA), Tsutomu Yoshioka mengatakan, akibat ganguan tersebut, dibutuhkan waktu beberapa jam lebih lama dari yang diharapkan untuk memutuskan status satelit.

Akatsuki yang diluncurkan 20 Mei 2010 dirancang untuk memantau aktivitas gunung berapi di Venus dan menyediakan data tentang cakupan awan tebal dan iklim, termasuk apakah planet ini memiliki petir. Satelit ini ini dilengkapi dengan kamera inframerah dan instrumen lainnya untuk melaksanakan misinya.

Satelit berharga US$300 juta ini ditujukan untuk mengorbit di sekitar Venus, mulai 300 kilometer sampai 80 ribu kilometer -- jarak yang memungkinkan memonitor pola cuaca secara komperehensif.

Salah satu misteri yang ingin dipecahkan para ilmuwan adalah intensitas angin permukaan Venus yang diyakini memiliki kecepatan sampai 360 kilometer per jam.

Menembus orbit Venus adalah sukses besar bagi Jepang yang pernah gagal menempatkan satelitnya di orbit mars. Satelit ke Mars yang diberi nama Nozomi, atau "Harapan" yang diluncurkan pada tahun 1998 mengalami serangkaian masalah teknis.

Untung satelit Hayabusa berhasil sukses memawa sample Asteroid Itokawa -- ini jadi dorongan semangat bagi program luar angkasa Jepang.

Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, Jepang dibayang-bayangi langkah besar China yang bahkan telah dua kali mengirimkan astronotnya ke luar angkasa sejak tahun 2003.

Padahal, Jepang duluan menjadi negara terkemuka di bidang penjelajahan luar angkasa dengan menjadi negara Asia pertama yang menempatkan satelitnya di sekitar orbit Bumi di tahun 1970 dan mampu mengembangkan roket pendorong yang handal.

• VIVAnews

Mengembara ke Planet Merah

Tanggal 7 April 2001, wahana antariksa 2001 Mars Odyssey diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida dengan tujuan planet Mars. Wahana tak berawak yang namanya diambil dari judul film klasik "2001 Space Odyssey" ini membawa seperangkat instrumen ilmiah untuk meneliti permukaan planet tersebut, khususnya karakteristik cuaca dan geologi disana, sekaligus juga bertugas mengumpulkan informasi mengenai potensi bahaya radiasi yang mungkin dapat membahayakan manusia di permukaan planet merah itu. Misi ini merupakan bagian dari serangkaian misi yang dilakukan NASA dalam rangka mempersiapkan pengiriman misi berawak ke Mars.

Selain Bulan, Mars termasuk obyek yang paling banyak diteliti oleh wahana buatan manusia. Dalam 40 tahun belakangan, telah tercatat sekitar 30 wahana tak berawak yang dikirim ke Mars oleh tiga negara, namun hanya kurang dari sepertiganya yang dinyatakan berhasil. Yang paling sukses diantaranya adalah wahana Viking 1 (diluncurkan 20 Agustus 1975, tiba di orbit Mars 19 Juni 1976) dan Viking 2 (diluncurkan 9 September 1975, tiba di orbit Mars pada 7 Agustus 1976). Kedua misi Viking ini melepaskan wahana pendarat ke permukaan planet tersebut yang bertugas mengirimkan gambar-gambar dari lokasi pendaratan dan melakukan serangkaian percobaan ilmiah disana. Pada tahun 1996 NASA juga telah mengirimkan wahana Pathfinder.

Wahana yang terdiri dari modul pendarat (lander) seberat 264 kg dan kendaraan penjelajah seberat 10,5 kg yang dinamai Sojourner Rover berhasil mencapai permukaan Mars di daerah yang dikenal sebagai Ares Vallis pada 4 Juli 1997. Hingga misinya berakhir pada tanggal 17 september 1997 -- setelah komunikasi terputus karena alasan yang tidak diketahui, wahana tersebut telah mengirimkan lebih dari 16.000 gambar serta melakukan lebih dari 15 analisis kimia terhadap batuan dan kondisi angin serta cuaca di permukaan Mars.

Sedangkan tercatat diantara misi-misi yang gagal adalah wahana Mars Polar Lander. Wahana senilai USD 165 juta yang diluncurkan pada 3 Januari 1999 ini kehilangan kontak dengan pengendali di bumi pada 3 Desember 1999 saat melakukan pendaratan di planet tersebut. Tim penyelidik NASA menyimpulkan bahwa Roket pada wahana tersebut mati sebelum waktunya hingga wahana tersebut meluncur dari ketinggian 130 kaki tanpa ada gaya yang menahannya.

Extrasolar Planets

Tanggal 4 April 2001 lalu, sekelompok tim astronom internasional mengumumkan penemuan 11 buah planet baru yang berada diluar tata surya kita, atau yang biasa diistilahkan dengan Extrasolar Planet. Penemuan ini menambah jumlah Extrasolar Planet yang telah diketahui menjadi 63 buah. Salah satu diantaranya mengorbit bintang yang mirip dengan Matahari kita pada zona yang memungkinkan terbentuknya kehidupan disana.

Adanya planet pada sistem tata surya diluar matahari kita, pertama kali dibuktikan keberadaannya pada bulan Oktober 1995 ketika dua orang astronom yaitu Michel Mayor dan Didier Queloz berhasil menemukan sebuah planet yang mengorbit pada bintang 51 Pegasi di konstelasi Pegasus (50 tahun cahaya dari Bumi kita). Dalam jangka waktu beberapa tahun setelah penemuan pertama tersebut, puluhan Extrasolar Planet lainnya telah pula ditemukan.

Hingga saat ini, extrasolar planet yang berhasil dideteksi umumnya adalah planet raksasa sekelas Jupiter dan Saturnus di sistem Matahari kita. Planet dengan kondisi dan ukuran yang mirip dengan planet Bumi diyakini ada, namun keterbatasan teknologi peralatan yang ada saat ini menyulitkan pendeteksiannya.

Penemuan Extrasolar Planet ini membuka harapan akan ditemukannya planet yang dihuni mahluk hidup dengan peradaban yang lebih maju. Hingga saat ini dalam tata surya kita, hanya Bumi-lah satu-satunya planet yang mempu mendukung adanya kehidupan. Misi tak berawak yang telah dikirim ke planet-planet tetangga (Venus dan Mars) maupun misi wahana Pioneer dan Voyager ke planet-planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus) menunjukkan bahwa kondisi di planet-planet tersebut tidak memungkinkan untuk berkembangnya suatu bentuk kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun.
Gunung Berapi Es Ditemukan di Bulan Saturnus

Gunung Berapi Es Ditemukan di Bulan Saturnus

cryovolcano-atau-gunung-berapi-es-di-titan--bulan-terbesar-planet-saturnus

Gunung Berapi Es di Bulan Saturnus. Para peneliti menemukan bukti keberadaan sebuah gunung berapi es atau disebut juga dengan cryovolcano, di Titan, bulan terbesar yang dimiliki oleh Planet Saturnus.

Pesawat luar angkasa Cassini yang dikirim ke Saturnus sejak 1997, berhasil menemukan tiga buah gunung api es dengan puncak setinggi 1.000-1.500 meter yang mengeluarkan material ke segenap permukaan di sekitarnya.

"Yang kami temukan adalah sesuatu yang tak lain adalah gunung berapi. Akhirnya, kami menemukan beberapa bukti bahwa Titan adalah dunia yang aktif," kata Dr Randy Kirk, pakar Geofisika US Geological Survey yang juga anggota tim radar Cassini, pada acara pertemuan American Geophysical Union.

Seperti dilansir oleh situs Wired.com, Titan adalah satu-satunya tempat selain bumi yang memiliki danau, sungai, awan, dan sebuah siklus penguapan serta kabut atau hujan, yang menghubungkan semuanya.

Puncak dari cryovolcano itu, terdapat di daerah Titan bernama Sotra Facula yang terletak di bagian Titan sebelah selatan. Gunung berapi ini dinamakan juga sebagai "The Rose", karena dari gambar yang tertangkap oleh instrumen radar dan infra merah Cassini, gunung berapi ini seperti bunga mawar.

Titan memang sudah sejak lama diperkirakan memiliki cryovolcano. Namun, karena atmosfer Titan yang begitu berkabut, observasi terhadap kecurigaan itu sangat sulit dibuktikan.

Temuan baru ini diharapkan dapat membantu menjelaskan misteri Titan yang selama ini belum terpecahkan. Atmosfer Titan yang tebal dan kaya akan nitrogen memiliki kandungan metan dalam jumlah yang cukup banyak. Secara teoritis dalam waktu sekitar 10 juta tahun, kandungan metan ini akan dipecah oleh sinar matahari.

Oleh karena itu, keberadaan gunung berapi ini diperkirakan dapat mengisi kembali kandungan metan di atmosfer Titan. "Cryovolcano menawarkan skenario yang sempurna di mana gas metan dari dalam perut Titan keluar ke lapisan atmosfernya," kata Linda Spilker, ilmuwan pada proyek Cassini dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.

Memang belum diketahui secara pasti material apa yang dimuntahkan gunung berapi ini ke angkasa Titan. Bisa saja air, atau air dan amonium, atau unsur-unsur hidrokarbon.

Keberadaan cryovolcano di Titan, diharapkan suatu hari bisa membantu para ilmuwan menyimpulkan adakah kehidupan di Titan, atau mungkin kehidupan pernah ada di Titan.

Senin, 03 Juni 2019

Tool Konversi Kalender Miladi dan Hijri

konversi-kalender-miladi-dan-hijri

Tool konversi kalender Miladi ke Hijri atau sebaliknya, Hijriyah ke Miladiyah

Side by Side Gregorian - Hijri Calendar Converter







Tool konversi kalender Miladi ke Hijri atau sebaliknya, Hijriyah ke Miladiyah


Matahari

[Matahari][recentbylabel2]

Planet

[Planet][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done