Astronot Mabuk Angkasa
Masih ingat dengan Satoshi Furukawa, itu lho astronot asal Jepang yang berencana menanam mentimun di luar angkasa tetapi tidak diijinkan. Saat ini ia telah berada di ISS (International Space Station)
Dalam pengakuannya, ia mengalami peristiwa aneh. Aneh? Kejadian apa itu? Anda penasaran. Saya juga penasaran.
Sebagaimana pegakuannya, Satoshi Furukawa mengalami mabuk antariksa. Ooooooh...kirain peristiwa aneh apa? Nggak tahunya cuma mabuk, seperti di angkutan umum saja. Ya memang begirulah adanya, kejadian aneh yang menimpa Satoshi Furukawa. Informasi ini dikieim saat ia nge-tweet dari International Space Station (ISS).
Gejala mabuk angkasa menyerangnya. Terutama ketika dia menggerakkan kepala secara tiba-tiba. Dan langsung saja ia merasa sangat pusing. Kepalanya terasa sangat berat. Sehingga harus minta tolong. Peristiwa ini diungkapkan Dr. Furukawa, yang juga adalah seorang dokter, di akun Twitter-nya.
Furukawa tiba di International Space Station pekan lalu bersama dengan astronot Amerika Serikat Mike Fossum dan kosmonot Rusia Sergei Volkov, setelah melakukan perjalanan menggunakan pesawat Soyuz milik Rusia. Ketiga astronot tersebut akan berada di ISS selama enam bulan untuk melakukan beberapa eksperimen.
"Dari segi medis, saya tidak memiliki masalah kesehatan. Tapi sekira 2/3 penerbang luar angkasa pertama akan mengalami gejala 'mabuk angkasa'. Hal ini terjadi karena otak berusaha beradaptasi terhadap antigravitasi," jelas Furukawa di tweet-nya, mengenai masalah mabuk angkasanya.
"Kepala Anda akan terasa berat. Tapi tidak akan menjadi masalah besar karena gejala tersebut sifatnya hanya sementara," tambahnya
Pada wawancara pada bulan Mei yang di-posting di situs Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), Furukawa mengatakan bahwa ia tertarik untuk melihat bagaimana tubuh manusia beradaptasi di luar angkasa.
"Saya sangat tertarik untuk melihat bagaimana rasanya apabila perut terisi penuh di luar angkasa. Saya harap nanti di luar angkasa, kami bisa melaporkan bagaimana perbedaan kondisi tubuh antara di luar angkasa maupun di Bumi," ungkapnya di wawancara tersebut.
"Sebagai contoh, jika teman astronot saya merasa sakit, maka saya bisa menelitinya serta membandingkan dengan teknik pengobatan di Bumi," pungkasnya.